Senin, 18 Juni 2012

Aku bosan

"Hei, kamu kenapa diam aja?"
Suara itu mengejutkan ku, suara lembut yang sangat ku kenal, suara itu suara...
"Daniel! bikin aku kaget aja! lamunanku sedang jauh, udaranya dingin jadi bikin aku menghayal jauh sekali" ujarku.
"Why don't you come in, then? udaranya memang sedang tidak stabil, ayo masuk" Ucapnya sambil menyerahkan jaket kulitnya kepadaku sambil tersenyum "Nih, pake" Perutku mencelos! Daniel selalu cara untuk membuatku tersipu malu. Belum sempat aku mengambil jaket yang diulurkan Daniel, petir menghambar, suaranya menggelegar dan...

"Taniaaaaaaaaa!!!!!!!"
Tersentak aku dari bangunku. Oh tidak lagi! Jangan bilang semua yang terjadi hanya mimpi! Daniel? Daniel mana kamu? Belum sempat menyadarkan diri dari mimpi, teriakan mama memaksa ku untuk membuka pintu "Iya ma ini aku sudah bangun"
Ah mama, selalu saja memotong mimpi indahku. Aku kan sedang bertemu Daniel. Kapan lagi aku bisa bertemu dengan pria seperti Daniel kalau bukan di mimpi! Nah, sekarang semua tahu kan? Daniel itu buah mimpiku! Sudah dua tahun dia selalu menemani mimpiku. Walaupun tak setiap hari menghampiriku, dia selalu menghadirkan kisah-kisah baru dihidupku. Sekarang pasti kalian menganggap aku gila! Aku enggak peduli. Selama ini cuma Daniel yang bisa mengerti perasaanku. Aku bukan gadis remaja yang beruntung seperti yang lainnya. Hidupku biasa saja, bahkan bisa dibilang dibawah rata-rata. Aku tinggal di permukiman padat bersama mamaku. Jangan tanya ayahku, aku bahkan tidak mau mengenalnya lagi. Hari hariku biasa kujalani dengan kegiatan kampus, iya, sekarang aku sedang menjalani semester ke 4 ku. Tania bukan gadis yang pintar, tidak punya teman banyak, bahkan tidak pandai bergaul. Begitu kata mereka semua. Iya memang aku tidak pernah bergaul. Aku benci masyarakat, aku benci dengan segala justifikasi mereka, aku benci cara mereka mencibir mengenai kehidupanku, aku memang benci hidupku tapi itu bukan urusan mereka! Aku benci semuanya. Satu satunya yang aku punya cuman, Daniel. Aku enggak terbiasa mencurahkan perasaan ke mama. Mama itu pendiam, mungkin karena bebannya banyak. Aku enggak mau membebaninya dengan tetek bengekku. Bahkan tidak untuk urusan finansial. Aku bekerja part time untuk membantu mama membiayai kuliahku. Nah sekarang bisa lihat kan betapa membosankannya hidupku!

Hari ini hari Rabu, hari pertamaku bekerja di restauran baru. Pekerjaan lamaku terlalu berat sehingga mau tak mau aku harus mencari pekerjaan lain. Beruntung mama punya teman yang bersedia menempatkan ku di restauran barunya. Semoga saja hariku akan menjadi lebih baik hari ini. Satu hal yang aku senangi dari pekerjaanku sebagai pelayan restauran, beda dengan pekerjaan lamaku, sekarang aku bisa melihat watak watak orang yang berada disekitarku. Anggaplah mereka adalah representasi dari masyarakat di kehidupan kita. Ah memang, terkadang ada ada saja tingkah laku orang orang. Ini baru hari pertama, dan aku sudah menemui tingkah laku yang belum pernah aku temui sebelumnya.

"Kamu pegawai baru ya?" Tanya seorang pria berbadan besar kepadaku
"Ngg.. Iya.. kebetulah ini hari pertama saya" Aku sedikit gemetar, raut muka pria itu menunjukkan sepertinya dia tidak senang akan kehadiranku.
"Yah, semoga sukses bekerja disini, kamu bakan bertemu banyak orang, semoga saja kamu tahan"
Ucapnya dengan intonasi yang sangat kaku.
"I..iya pak, terimakasih atas sarannya, saya pamit kebelakang dulu" Sahutku sambil melengos ke dapur.
Belum apa apa aku sudah dihadapkan dengan kekakuan orang disekitarku! Ah, aku rindu Daniel. Aku benci kekakuan ini. Tapi Daniel selalu mengingatkan ku untuk tetap semangat, dan untuk berhenti menghujat hidupku. Mau tak mau inilah hidup yang harus ku jalani.

Bel berbunyi, aku harus segera bersiap untuk melayani pelanggan. Perasaanku sangat aneh, disatu sisi aku senang, disisi lain aku gugup dan sedih.Oh itu manajerku sudah datang, dia lah teman mama yang berbaik hati menempatkan ku di restaurannya.

"Hei, Tania, ini hari pertamamu ya di sini? Semoga kamu bisa bekerja dengan baik" Ujar pak Aris, begitu panggilannya
"Terimakasih pak, saya akan berusaha untuk yang terbaik"
"Yah, bagus kalau begitu, sekarang bersiap siap, pelanggan sudah menunggu"
"Baik pak" Ujarku sambil tersenyum. Memang aku tersenyum, tapi hatiku sedikit gundah, atau mungkin aku hanya rindu Daniel..

"Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu?" Sapaku kepada pelanggan wanita yang baru saja datang. Sepertinya wanita ini seorang wanita bisnis, pakaiannya sangat rapi terlebih lagi dihiasi dengan parasnya yang manis. Di sampingnya berdiri seorang anak kecil mirip dengannya, berseragam sekolah lucu sekali mungkin umurnya masih sekitar 5 atau 6 tahun.
"Saya pesan dua potong roti manis dan dua gelas teh hangat, tolong dibungkus dan cepat ya mbak saya sedang terburu buru anak saya rewel ingin cepat-cepat sekolah" Ujarnya tergesa gesa, dugaanku benar, dia sedang terburu buru.
"Oh baik ibu, sebentar saya proses pesananya" Tugasku memang hanya menerima pesanan dan menyerahkannya kepada petugas didapur. Tak begitu susah.
"Sebentar bu pesananya sedang diproses, ibu boleh menunggu di tempat duduk jika berkenan" Tawarku, restauran memang masih sepi. Belum terlihat pelanggan lain selain wanita ini.
"Oh tidak apa mbak, disini saja, mbak nya orang baru ya ?"
"Kebetulan iya bu," jawabku sambil tersenyum. Perhatianku tak luput dari si kecil yang sedari tadi manyun "Anaknya lucu sekali bu, pasti pintar seperti papa dan mamanya"
"Papanya? Mirisnya dia bahkan tidak mengenal papanya. Sudahlah mbak, kamu sebagai gadis, jangan pernah harapkan lelaki. Lelaki itu buaya darat pengisap darah" Katanya sambil cekikikan. Agak bingung dengan perkataannya, dan kenapa dia berani mengatakan hal pribadi ke orang lain seperti aku. Tapi watak orang berbeda beda lagian anggap saja dia memberiku nasihat.
"Begitukah bu? Tapi saya yakin ibu wanita yang tegar, oh! pesananya sudah datang, silahkan bu, total semuanya Rp. 20.000" Ujarku sambil tersenyum.
Wanita itu kemudian bergegas mengambil uang didompetnya. "Ini mbak, terimakasih"
"Terimakasih kembali ibu, hati hati dijalan" Kataku.
Wanita itu kemudian menggandeng si kecil yang terlihat gembira mengetahui dia akan segera diantar kesekolah nya. Ah aku ingin kembali ke masa kecil dimana aku belum mengenal rasa sakit dan benci.

Oh pelanggan lain datang, seorang pria seumuranku, sepertinya
"Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu?"
"Coklat panas satu, dibungkus."
"Baik, ada lagi yang bisa saya bantu?"
"Enggak" Jawabnya singkat.
"Baik, segera saya proses" Ujarku sambil memberi kode kepada petugas didapur.
"Mbaknya gak kuliah? keliatannya seumuran dengan saya" Tanyanya dengan tiba-tiba.
"Saya kerja part time mas, masnya sendiri?"
"Gue di DO, males kuliah, buat apa juga kuliah"
"Loh kuliah itu kan perlu mas, lagian sekarang apa-apa butuh 


0 Comments: